Minggu, 30 Mei 2021

KRITIK DAN ESAI PUISI Sajak Palsu Karya: Agus R. Sarjono

 

Sajak Palsu

Karya: Agus R. Sarjono

Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah
dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar
sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di  akhir sekolah
mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka
yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah
mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru
untuk menyerahkan amplop berisi perhatian
dan rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsu
dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru
dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu
untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan
nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah
demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir
sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu,
ahli pertanian palsu, insinyur palsu.
Sebagian menjadi guru, ilmuwan
atau seniman palsu. Dengan gairah tinggi
mereka  menghambur ke tengah pembangunan palsu
dengan ekonomi palsu sebagai panglima
palsu. Mereka saksikan
ramainya perniagaan palsu dengan ekspor
dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan
berbagai barang kelontong kualitas palsu.
Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus
dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga
pinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank negeri
yang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakatpun berniaga
dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka
uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu
sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis
yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam
nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu
meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan
gagasan-gagasan palsu di tengah seminar
dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya
demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring
dan palsu.

1998

 

 


 

KRITIK DAN ESAI

Agus R. Sarjono lahir di BandungJawa Barat27 Juli 1962 adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal sebagai penyair, novelis, dan penulis esai sastra yang dimuat di berbagai media massa. Agus telah mementas karya-karyanya di berbagai negara. Salah satu karya puisinya yang berjudul “Sajak Palsu”.

Setelah dibaca dan dipahami puisi  ‘Sajak Palsu’ pada tahun 1998 memiliki makna yang menyangkut ke kehidupan nyata atau realita. Meski puisi tersebut lahir 22 tahun yang lalu, tetapi puisi ini masih sangat pengaruh dengan realita saat ini. Puisi tersebut mengisahkan betapa buruknya pengaruh pendidikan yang menjunjung tinggi kepalsuan, kehidupan di negeri ini  yang banyak dengan kepalsuan atau kebohongan. Dari sebuah instansi pendidikan, kerja dan pemerintah di Indonesia.” Berawal dari kepalsuan menjadi palsu”.

Di masa sekolah sudah terbiasa dengan perilaku-perilaku palsu dan bohong, maka dari kebohongan itu lahirlah ekonom palsu, ahli hukum palsu, ahli pertanian palsu, bahkan pejabat tinggi palsu. Kemudian semua orang senang, dan bahagia akan meyampaikan gagasan kebohogan untuk menyambut datangnya demokrasi palsu.

Puisi ini juga menceritakan gambaran buruk jika dunia ini dipenuhi dengan kepalsuan, kebohongan. Dengan adanya kebohongan yang menerima dampak buruk adalah generasi muda, sang pemegang kunci masa depan bangsa.

Pencipta menggunakan diksi yang mudah untuk di pahami. Bentuk  puisi ke sebuah karangan cerita. Tidak berupa bait yang terpisah-pisah. Penyampaian dalam puisi ini bernada lugas dan tegas, dengan tujuan mengingatkan kepada Si pembuat kepalsuan sadar akibat yang ia lakukan.

Puisi “Sajak Palsu” karya Agus R. Sarjono termasuk karya yang berhasil, yang dimaksud berhasil yaitu puisi ini  mengangkat potret sosial. Dengan memiliki ciri khas, Pencipta seperti menertawakan kehidupan sosial yang semuanya serba palsu dan penuh kepura-puraan. Maka  bisa disimpulkan bahwa puisi sajak palsu sesungguhnya menyuguhkan realita Indonesia yang tragis, sehingga dapat termotivasi untuk memperjuangkan dan memperbaiki wajah generasi muda pendidikan di Indonesia.

Minggu, 23 Mei 2021

KRITIK DAN ESAI Puisi Karya Wiji Thukul

 

PERINGATAN

Karya : Wiji Thukul

 

Jika rakyat pergi

Ketika penguasa pidato

Kita harus hati-hati

Barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat bersembunyi

Dan berbisik-bisik

Ketika membicarakan masalahnya sendiri

Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

Bila rakyat berani mengeluh

Itu artinya sudah gasat

Dan bila omongan penguasa

Tidak boleh dibantah

Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan

Dituduh subversif dan mengganggu keamanan

Maka hanya ada satu kata: lawan!

 

 

                 

 

 

Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu

Karya : Wiji Thukul

 

Apa guna punya ilmu

Kalau hanya untuk mengibuli

Apa gunanya banyak baca buku

Kalau mulut kau bungkam melulu

Di mana-mana moncong senjata

Berdiri gagah

Kongkalikong

Dengan kaum cukong

Di desa-desa

Rakyat dipaksa

Menjual tanah

Tapi, tapi, tapi, tapi

Dengan harga murah

Apa guna banyak baca buku

Kalau mulut kau bungkam melulu

 

 

 

 

 

 

 

KRITIK DAN ESAI SASTRA

Puisi 1

Widji Thukul, yang bernama asli Widji Widodo ,beliau diahirkan di Surakarta, Jawa Tengah, 26 Agustus 1963) meninggal di tempat dan waktu yang tidak diketahui, hilang sejak diduga diculik, 27 Juli 1998 pada umur 34 tahun) adalah sastrawan dan aktivis hak asasi manusia berkebangsaan Indonesia. 

Dalam puisi yang berjudul “ Peringatan “ menceritakan tentang zaman orde baru, yang dimaksud zaman orde baru yaitu ketika rakyat harus terus menerus tunduk akan kekuasaan,aturan dan tidak diperolehkan untuk mengajukan kritik tentang pemerintahan. Jika terdapat rakyat mengutarakan suara dan pendapatnya berupa kritikan pasti dianggap subversive,  hingga saat ini rakyat yang melakukan kegiatan seperti itu akan dihilangkan atau diasingkan.

Puisi yang berjudul “Peringatan” merupakan puisi sindiran keras terhadap pemerintahan, melalui puisi ini Pencipta ingin memperlihatkan keadaan rakyat yang tertekan, tertindas karena pendapat dan kritikan mereka diacuhkan oleh pemerintah atau penguasa. Suatu saat rakyat pasti akan melawan, jika di rasa rakyat sudah lelah atas yang dirasakan hingga saat ini.

Jangan anggap rakyat akan diam saja, namun saat rakyat tak lagi bisa mendengar pemimpinnya, saat rakyat tak bisa mempercayai pemimpin, ketika mulut rakyat selalu dibungkam, ketika suara rakyat tak didengar, dan ketika kebenaran tidak bisa diperoleh dimanapun. Kemelut itu akan membawa Indonesia dalam keterpecahbelahan, cerai-berai, dan tak memilki tujuan bernegara lagi. Maka dalam puisi tersebut membukakan jalan bahwa siapapun itu harus tetap berjuang melawan segala sampah yang menodai bangsa.

Dalam puisi ini pembaca seolah-olah ikut merasakan yang ada di dalam puisi tersebut, karena dalam pemilihan kata dan kalimat sangat mudah untuk dipahami. Puisi ini juga menggunakan bahasa yang tegas , tidak bertele-tele dan lugas.

 

 

Puisi 2.

Widji Thukul, yang bernama asli Widji Widodo ,beliau diahirkan di Surakarta, Jawa Tengah, 26 Agustus 1963) meninggal di tempat dan waktu yang tidak diketahui, hilang sejak diduga diculik, 27 Juli 1998 pada umur 34 tahun) adalah sastrawan dan aktivis hak asasi manusia berkebangsaan Indonesia. Widji Thukul mempunyai banyak karya sastra, salah satu karyanya yang berjudul “Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu”. Puisi ini terdiri dari  beberapa bait puisi yang tujuannya untuk menyindir para penguasa dan aparat pemerintahan yang dzalim pada saat itu.

Jika dibaca dan dipahami puisi ini menceritakan bahwa sejatinya seseorang yang berilmu,pintar dalam segala sesuatu namun seseorang tersebut tidak mengamalkan ilmunya dalam kebaikan, itu sama saja tidak ada gunanya dan orang yang terus-menerus membaca buku namun selalu bungkam dan tidak bisa menegakkan kebenaran itu juga hanyalah sebuah omong kosong. Ada baiknya setiap ilmu yang kita miliki, yang kita punyai untuk diamalkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk kedepannya. Sehingga ilmu yang kita miliki akan lebih bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain dibandingkan hanya menyimpannya sendiri. Bisa dilihat dari bait berikut ini :

"Apa guna banyak baca buku

“Kalau mulut kau bungkam melulu"

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa bukan mulut saja yang panjang disebut sebagai moncong, Senjata panjang yang biasa dibawa oleh pemimpin bisa disebut moncong dan berada dimana-mana selalu mengawasi, mengintai dan tidak hanya itu yang berdiri dengan gagah tidak hanya manusia saja. Senjata pun ikut berdiri menyaksikan dengan gagah , dan selalu keadaan siap menembak untuk siapapun yang dianggap bersalah, mengundang kericuhan. Dibuktikan dari bait berikut ini :

"Dimana-mana moncong senjata

Berdiri gagah"

Dalam puisi ini juga menggambarkan bahwa di desa-desa, banyak rakyat yang selalu dipaksa untuk menjual tanahnya kepada pihak tertentu, tidak boleh dijual di tempat atau orang lain. Karena memiliki rencana yang nantinya memasang harga yang relatif murah sehingga dapat menimbulkan kerugian atau berdampak cukup besar untuk rakyat secara ekonomi.

Pencipta menggunakan gaya bahasa atau bahasa kiasan yang dipakai untuk memperjelas isi puisinya. Pencipta hanya mengulang kata "tapi" pada bait keenam karena bait kelima dan keenam saling berkaitan. 

Makna terdapat pada bait kelima lalu penegasan kata berulang digunakan pada bait keenam. "Dengan harga murah" merupakan penjelasan setelah adanya penggunaan kata berulang. Berikut bait puisinya :

"Di desa-desa

Rakyat dipaksa menjual tanah"

"Tapi, tapi, tapi

Dengan harga murah"

Dari puisi "Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu" Karya Wiji Thukul, pencipta puisi berharap bahwa para pejabat tinggi atau seseorang yang memiliki jabatan, banyak uang dapat lebih bijaksana terhadap setiap orang maupun masyarakat. Puisi ini juga memberikan pesan kepada rakyat bahwa rakyat bisa memanfaatkan ilmu yang telah dia terima dengan sebaik mungkin dan dapat memanfaatkannya.

Dalam puisi ini pembaca seolah-olah ikut merasakan yang ada di dalam puisi tersebut, karena dalam pemilihan kata dan kalimat sangat mudah untuk dipahami. Puisi ini juga menggunakan bahasa yang tegas , tidak bertele-tele dan lugas.

 

 

 

 

 

 

Sabtu, 15 Mei 2021

Puisi Idul Fitri Karya Sutardji Calzoum Bachri

 

Puisi Idul Fitri

Karya Sutardji Calzoum Bachri

 

Lihat

Pedang tobat ini menebas-nebas hati

Dari masa lampau yang lalai dan sia

Telah kulaksanakan puasa ramadhanku,

Telah kutegakkan shalat malam

Telah kuuntaikan wirid tiap malam dan siang

Telah kuhamparkan sajadah

Yang tak hanya nuju Ka’bah

Tapi ikhlas mencapai hati dan darah

Dan di malam-malam Lailatul Qadar akupun menunggu

Namun tak bersua Jibril atau malaikat lainnya

Maka aku girang-girangkan hatiku

Aku bilang:

Tardji rindu yang kau wudhukkan setiap malam

Belumlah cukup untuk menggerakkan Dia datang

Namun si bandel Tardji ini sekali merindu

Takkan pernah melupa

Takkan kulupa janji-Nya

Bagi yang merindu insya Allah kan ada mustajab Cinta

Maka walau tak jumpa denganNya

Shalat dan zikir yang telah membasuh jiwaku ini

Semakin mendekatkan aku padaNya

Dan semakin dekat

Semakin terasa kesia-siaan pada usia lama yang lalai berlupa

O lihat Tuhan, kini si bekas pemabuk ini

Ngebut

Di jalan lurus

Jangan Kau depakkan lagi aku ke trotoir

Tempat usia lalaiku menenggak arak di warung dunia

Kini biarkan aku meneggak marak CahayaMu

Di ujung sisa usia

O usia lalai yang berkepanjangan

Yang menyebabkan aku kini ngebut di jalan lurus

Tuhan jangan Kau depakkan aku lagi ke trotoir

Tempat aku dulu menenggak arak di warung dunia

Maka pagi ini

Kukenakan zirah lailahaillAllah

Aku pakai sepatu sirathalmustaqim

Aku pun lurus menuju lapangan tempat shalat Id

Aku bawa masjid dalam diriku

Kuhamparkan di lapangan

Kutegakkan shalat

Dan kurayakan kelahiran kembali

Di sana

 

 

 

Kritik dan Esai

Sutardji Calzoum Bachri merupakan lulusan i Universitas Padjadjaran Bandung. Sutardji Calzoum Bachri  termasuk sastrawan yang  menghasilkan karya  puisi dan cerpen. Tidak hanya itu, karyanya menjadi unik karena  diterbitkan dalam bahasa Inggris, Belanda, dan Rusia. Mari kita baca dan pahami hasil karyanya puisi yang berjudul Idul Fitri.

Puisi karya Sutardji Calzoum Bachri puisi yang kata dan kalimatnya mudah untuk dipahami sehingga pembacanya dapat ikut merasakan apa yang penulis tuliskan dalam karyanya.

Idul Fitri merupakan suatu acara sacral yang dirayakan oleh umat muslim di berbagai penjuru dunia, bahkan hingga sekarang masih identik cukup kental suasananya.  Nah puisi di atas sangat menggambarkan menyambut hari raya idul fitri. Bisa dilihat dari bait berikut ini :

Lihat

Pedang tobat ini menebas-nebas hati

Dari masa lampau yang lalai dan sia

Telah kulaksanakan puasa ramadhanku,

Telah kutegakkan shalat malam

Telah kuuntaikan wirid tiap malam dan siang

Telah kuhamparkan sajadah

Yang tak hanya nuju Ka’bah

Tapi ikhlas mencapai hati dan darah

Dan di malam-malam Lailatul Qadar akupun menunggu

Namun tak bersua Jibril atau malaikat lainnya

Maka aku girang-girangkan hatiku

            Bait diatas menceritakan tentang sebelum menyambut hari raya idul fitri, kita harus melewati tantangan atau menyambut bulan suci Ramadhan. Nantinya seluruh umat muslim akan berpuasa, melakukan sholat tarawih, dan melakukan amalan-amalan yang baik kedepannya. Kemudian memohon ampun kepada ALLAH SWT untuk menghapuskan semua kelakuan jahat, dan dosa-dosa yang pernah dilakukan. Bulan suci Ramadhan juga terdapat Malam Lailatul Qadar merupakan para malaikat turun ke bumi untuk memberikan keberkahan dan kedamaian untuk seluruh umat Islam sampai terbit fajar. Malam Lailatul Qadar sangat dinantikan seluruh umat muslim. Dibuktikan dari bait berikut :

Aku bilang

Tardji rindu yang kau wudhukkan setiap malam

Belumlah cukup untuk menggerakkan Dia datang

Namun si bandel Tardji ini sekali merindu

Takkan pernah melupa

Takkan kulupa janji-Nya

Bagi yang merindu insya Allah kan ada mustajab Cinta

Maka walau tak jumpa denganNya

Shalat dan zikir yang telah membasuh jiwaku ini

Semakin mendekatkan aku padaNya

Dan semakin dekat

Semakin terasa kesia-siaan pada usia lama yang lalai berlupa

Penulis menceritakan bahwa manusia akan melakukan apapun untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.  Dengan ini semua percaya jika beribadah dengan bersungguh-sungguh Allah SWT pasti mendengar doa dan menghapus dosa para umatnya. Mari kita pahami bait berikut ini :

O lihat Tuhan, kini si bekas pemabuk ini

Ngebut

Di jalan lurus

Jangan Kau depakkan lagi aku ke trotoir

Tempat usia lalaiku menenggak arak di warung dunia

Kini biarkan aku meneggak marak CahayaMu

Di ujung sisa usia

O usia lalai yang berkepanjangan

Yang menyebabkan aku kini ngebut di jalan lurus

Tuhan jangan Kau depakkan aku lagi ke trotoir

Tempat aku dulu menenggak arak di warung dunia

Dalam larik di atas, menggambarkan bahwa seseorang yang berusaha untuk bertobat dan terus menerus tidak berhenti untuk bersujud serta meminta pengampunan kepada Allah SWT karena telah terlena oleh gemerlap dunia yang hanya sementara.

Dalam larik berikut,

Maka pagi ini

Kukenakan zirah lailahaillAllah

Aku pakai sepatu sirathalmustaqim

Aku pun lurus menuju lapangan tempat shalat Id

Aku bawa masjid dalam diriku

Kuhamparkan di lapangan

Kutegakkan shalat

Dan kurayakan kelahiran kembali

Di sana

Bait diatas menceritakan Hari Raya Idul Fitri telah tiba. Seluruh umat muslim melakukan ibadah sholat Ied, setelah melakukan sholat ied dilakukan untuk bersungkem kepada orang-orang yang kita sayangi untuk memohon maaf dengan segala kerendahan hati, diharapkan dapat terhapus dosa-dosanya maupun perkataan yang kurang enak dihati.

 

 

Jumat, 07 Mei 2021

PUISI KARYA MASHURI

 

PUISI KARYA MASHURI

Hantu Kolam

: plung!

 

Di gigir kolam

Serupa serdadu lari dari perang

Tampangku membayang rumpang

 

Mataku berenang

Bersama ikan-ikan, jidatku terperangkap

Koral di dasar yang separuh hitam

Dan gelap

Tak ada kecipak yang bangkitkan getar

Dada, menapak jejak luka yang sama

Di medan lama

 

Segalangnya dingin, serupa musim yang dicerai

Matahari

Aku terkubur sendiri di bawah timbunan

Rembulan

Segalanya tertemali sunyi

Mungkin…

 

 

 

“plung!”

 

Aku pernah mendengar suara itu

Tapi terlalu purba untuk dikenang sebagai batu

Yang jatuh

Kerna kini kolam tak beriak

Aku hanya melihat wajah sendiri, berserak

 

Banyuwangi, 2012-12-03

 

 

Hantu Musim

 

Aku hanya musim yang dikirim rebah hutan

Kenangan – memungut berbuah, dedaunan, juga

Unggas – yang pernah mampir di pinggir semi

Semarakkan jamuan, yang kelak kita sebut

Pertemuan awal, meski kita tahu, tetap mata

Itu tak lebih hanya mengenal kembali peta

Lama, yang pernah tergurat berjuta masa

 

Bila aku hujan, itu adalah warta kepada ular

Sawah hasratku, yang tergetar oleh percumbuan

Yang kelak kita sebut sebagai cinta, entah yang

 

Pertama atau keseribu, kerna di situ, aku mampu

Mengenal kembali siku, lingkar, bulat, penuh

 

Di situ, aku panas, sekaligus dingin

Sebagaimana unggas yang pernah kita lihat

Di telaga, tetapi bayangannya selalu

Mengirimkan warna sayu, kelabu

Dan kita selalu ingin mengulang-ulangnya

Dengan atau tanpa cerita tentang musim

Yang terus berganti…

 

Magelang, 2012

 

 

Hantu Dermaga

 

Mimpi, puisi dan dongeng

Yang terwarta dari pintumu

Memanjang di buritan

Kisah itu tak sekedar mantram

Dalihmu tuk sekedar bersandar bukan gerak lingkar

Ia serupa pendulum

Yang dikulum cenayang

Dermaga

Ia hanya titik imaji

Dari hujan yang berhenti

Serpu ruh yang terjungkal, aura terpenggal dan kekal

Tertambat di terminal awal

 

Tapi ritusmu bukan jadwal hari ini

Dalam kematian, mungkin kelahiran

Kedua

Segalanya mengambang

Bak hujan yang kembali

Merki pantai

Telah berpindah dan waktu pergi

Menjaring darah kembali

 

Sidoarjo, 2012

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KRITIK DAN ESAI  PUISI

KARYA MASHURI

Mashuri lahir di Lamongan 27 April 1976. Mashuri adalah lulusan dari Universitas Airlangga dan Universitas Gadjah Mada.. Salah satu hasil karya Mashuri adalah puisi dengan judul “Hantu Kolam”, “Hantu Musim”, dan “Hantu Dermaga”.

Pada puisi pertama judul “Hantu Kolam”, menceritakan seseorang yang suka melamun,memikirkan dan berdiam diri di pinggir kolam dengan memperhatikan bayangan dirinya sendiri yang ada dikolam , bisa dilihat dari bait pertama dan kedua dalam puisi sebagai berikut.

 

Di gigir kolam

Serupa serdadu lari dari perang

Tampangku membayang rumpang

 

Mataku berenang

Bersama ikan-ikan, jidatku terperangkap

Koral di dasar yang separuh hitam

Dan gelap

 

Menurut saya jika dilihat dari makna puisi ini tidak berhubungan atau tidak menceritakan sesosok hantu yang diketahui oleh banyak orang dan dianggap horor, namun jika dihubungkan dalam kehidupan nyata dapat di ibaratkan seseorang yang sedang meratapi, memikirkan sesuatu dan di tempat yang sunyi, sepi tanpa melibatkan orang lain atau tanpa ada yang tahu.

Puisi Hantu Musim dapat dilihat memiliki makna suatu kondisi di area sawah saat musim pergantian. Bait pertama yaitu :

Aku hanya musim yang dikirim rebah hutan

Kenangan – memungut berbuah, dedaunan, juga

Unggas – yang pernah mampir di pinggir semi

Semarakkan jamuan, yang kelak kita sebut

Pertemuan awal, meski kita tahu, tetap mata

Itu tak lebih hanya mengenal kembali peta

Lama, yang pernah tergurat berjuta masa

 

Puisi di atas dapat menceritakan kondisi tanaman yang ada di sawah seperti padi tumbuh dengan subur. Hewan-hewan atau tepatnya burung berdatangan memakan padi yang disiapkan untuk dipanen. Jika dilihat dari makna puisi ini dan puisi ini memiliki judul “Hantu Musim” tidak jauh berbeda dengan puisi pertama karena jika pemikiran seseorang hantu adalah makhluk yang horror , memang jika dilihat dari makna tidak ada hubungannya namun jika dikaitkan ada kaitannya yaitu sebuah pengibaratan pergantian musim yang menakutkan untuk beberapa petani di negeri ini karena mempengaruhi panen padi dan tumbuh suburnya, hampir sama halnya dengan hantu yang menakutkan.

Puisi ketiga “Hantu Dermaga” Menceritakan sebuah penggambaran kapal yang berada di lautan. Bisa dilihat dari cuplikan bait.

 

Segalanya mengambang

Bak hujan yang kembali

Merki pantai

 

Dari bait diatas bisa diibaratkan pada kondisi dan situasi kapal yang sedang berlayar di tengah lautan sana, jika dilihat dari kondisi lautan cukup tenang namun kita tidak tahu apa yang ada di dalam lautan sana dan kita tidak bisa memprediksi bahwa kita akan baik-baik saja selama dilautan. Sungguh menakutkan seperti hantu yang selalu menjadi misteri.

Semua karya sastra pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sangat hebat dapat menciptakan beberapa puisi yang berkaitan puisi satu dengan puisi yang lainnya dengan mengambil kata “Hantu” . Namun pembaca perlu membacanya berulang kali agar dapat masuk kedalam puisi tersebut, pemilihan kata dan kalimatnya cukup sulit untuk dipahami .

 

 

KRITIK DAN ESAI KUMPULAN CERPEN M. SHOIM ANWAR

  KRITIK DAN ESAI KUMPULAN CERPEN Karya: M. Shoim Anwar Dalam dunia sastra pada tanah air ini, nama M. Shoim Anwar siapa sih yang tida...