Minggu, 23 Mei 2021

KRITIK DAN ESAI Puisi Karya Wiji Thukul

 

PERINGATAN

Karya : Wiji Thukul

 

Jika rakyat pergi

Ketika penguasa pidato

Kita harus hati-hati

Barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat bersembunyi

Dan berbisik-bisik

Ketika membicarakan masalahnya sendiri

Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

Bila rakyat berani mengeluh

Itu artinya sudah gasat

Dan bila omongan penguasa

Tidak boleh dibantah

Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan

Dituduh subversif dan mengganggu keamanan

Maka hanya ada satu kata: lawan!

 

 

                 

 

 

Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu

Karya : Wiji Thukul

 

Apa guna punya ilmu

Kalau hanya untuk mengibuli

Apa gunanya banyak baca buku

Kalau mulut kau bungkam melulu

Di mana-mana moncong senjata

Berdiri gagah

Kongkalikong

Dengan kaum cukong

Di desa-desa

Rakyat dipaksa

Menjual tanah

Tapi, tapi, tapi, tapi

Dengan harga murah

Apa guna banyak baca buku

Kalau mulut kau bungkam melulu

 

 

 

 

 

 

 

KRITIK DAN ESAI SASTRA

Puisi 1

Widji Thukul, yang bernama asli Widji Widodo ,beliau diahirkan di Surakarta, Jawa Tengah, 26 Agustus 1963) meninggal di tempat dan waktu yang tidak diketahui, hilang sejak diduga diculik, 27 Juli 1998 pada umur 34 tahun) adalah sastrawan dan aktivis hak asasi manusia berkebangsaan Indonesia. 

Dalam puisi yang berjudul “ Peringatan “ menceritakan tentang zaman orde baru, yang dimaksud zaman orde baru yaitu ketika rakyat harus terus menerus tunduk akan kekuasaan,aturan dan tidak diperolehkan untuk mengajukan kritik tentang pemerintahan. Jika terdapat rakyat mengutarakan suara dan pendapatnya berupa kritikan pasti dianggap subversive,  hingga saat ini rakyat yang melakukan kegiatan seperti itu akan dihilangkan atau diasingkan.

Puisi yang berjudul “Peringatan” merupakan puisi sindiran keras terhadap pemerintahan, melalui puisi ini Pencipta ingin memperlihatkan keadaan rakyat yang tertekan, tertindas karena pendapat dan kritikan mereka diacuhkan oleh pemerintah atau penguasa. Suatu saat rakyat pasti akan melawan, jika di rasa rakyat sudah lelah atas yang dirasakan hingga saat ini.

Jangan anggap rakyat akan diam saja, namun saat rakyat tak lagi bisa mendengar pemimpinnya, saat rakyat tak bisa mempercayai pemimpin, ketika mulut rakyat selalu dibungkam, ketika suara rakyat tak didengar, dan ketika kebenaran tidak bisa diperoleh dimanapun. Kemelut itu akan membawa Indonesia dalam keterpecahbelahan, cerai-berai, dan tak memilki tujuan bernegara lagi. Maka dalam puisi tersebut membukakan jalan bahwa siapapun itu harus tetap berjuang melawan segala sampah yang menodai bangsa.

Dalam puisi ini pembaca seolah-olah ikut merasakan yang ada di dalam puisi tersebut, karena dalam pemilihan kata dan kalimat sangat mudah untuk dipahami. Puisi ini juga menggunakan bahasa yang tegas , tidak bertele-tele dan lugas.

 

 

Puisi 2.

Widji Thukul, yang bernama asli Widji Widodo ,beliau diahirkan di Surakarta, Jawa Tengah, 26 Agustus 1963) meninggal di tempat dan waktu yang tidak diketahui, hilang sejak diduga diculik, 27 Juli 1998 pada umur 34 tahun) adalah sastrawan dan aktivis hak asasi manusia berkebangsaan Indonesia. Widji Thukul mempunyai banyak karya sastra, salah satu karyanya yang berjudul “Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu”. Puisi ini terdiri dari  beberapa bait puisi yang tujuannya untuk menyindir para penguasa dan aparat pemerintahan yang dzalim pada saat itu.

Jika dibaca dan dipahami puisi ini menceritakan bahwa sejatinya seseorang yang berilmu,pintar dalam segala sesuatu namun seseorang tersebut tidak mengamalkan ilmunya dalam kebaikan, itu sama saja tidak ada gunanya dan orang yang terus-menerus membaca buku namun selalu bungkam dan tidak bisa menegakkan kebenaran itu juga hanyalah sebuah omong kosong. Ada baiknya setiap ilmu yang kita miliki, yang kita punyai untuk diamalkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk kedepannya. Sehingga ilmu yang kita miliki akan lebih bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain dibandingkan hanya menyimpannya sendiri. Bisa dilihat dari bait berikut ini :

"Apa guna banyak baca buku

“Kalau mulut kau bungkam melulu"

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa bukan mulut saja yang panjang disebut sebagai moncong, Senjata panjang yang biasa dibawa oleh pemimpin bisa disebut moncong dan berada dimana-mana selalu mengawasi, mengintai dan tidak hanya itu yang berdiri dengan gagah tidak hanya manusia saja. Senjata pun ikut berdiri menyaksikan dengan gagah , dan selalu keadaan siap menembak untuk siapapun yang dianggap bersalah, mengundang kericuhan. Dibuktikan dari bait berikut ini :

"Dimana-mana moncong senjata

Berdiri gagah"

Dalam puisi ini juga menggambarkan bahwa di desa-desa, banyak rakyat yang selalu dipaksa untuk menjual tanahnya kepada pihak tertentu, tidak boleh dijual di tempat atau orang lain. Karena memiliki rencana yang nantinya memasang harga yang relatif murah sehingga dapat menimbulkan kerugian atau berdampak cukup besar untuk rakyat secara ekonomi.

Pencipta menggunakan gaya bahasa atau bahasa kiasan yang dipakai untuk memperjelas isi puisinya. Pencipta hanya mengulang kata "tapi" pada bait keenam karena bait kelima dan keenam saling berkaitan. 

Makna terdapat pada bait kelima lalu penegasan kata berulang digunakan pada bait keenam. "Dengan harga murah" merupakan penjelasan setelah adanya penggunaan kata berulang. Berikut bait puisinya :

"Di desa-desa

Rakyat dipaksa menjual tanah"

"Tapi, tapi, tapi

Dengan harga murah"

Dari puisi "Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu" Karya Wiji Thukul, pencipta puisi berharap bahwa para pejabat tinggi atau seseorang yang memiliki jabatan, banyak uang dapat lebih bijaksana terhadap setiap orang maupun masyarakat. Puisi ini juga memberikan pesan kepada rakyat bahwa rakyat bisa memanfaatkan ilmu yang telah dia terima dengan sebaik mungkin dan dapat memanfaatkannya.

Dalam puisi ini pembaca seolah-olah ikut merasakan yang ada di dalam puisi tersebut, karena dalam pemilihan kata dan kalimat sangat mudah untuk dipahami. Puisi ini juga menggunakan bahasa yang tegas , tidak bertele-tele dan lugas.

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KRITIK DAN ESAI KUMPULAN CERPEN M. SHOIM ANWAR

  KRITIK DAN ESAI KUMPULAN CERPEN Karya: M. Shoim Anwar Dalam dunia sastra pada tanah air ini, nama M. Shoim Anwar siapa sih yang tida...