Kamis, 11 Maret 2021

CERPEN

 

Berawal Dari Sanggar Tari

Oleh: Fionna Vidi Pramesti

 

            Seni itu memanglah banyak ragam, ada seni lukis, seni music, seni tari dan masih banyak seni-seni yang lainnya. Namun, tidak semua orang menyukai Seni Tari. Sedih sih, padahal kita harus tetap melestarikan budaya Indonesia dengan Tarian Tradisional, lalu mengapa masih ada beberapa orang yang tidak menghargai kita sebagai penari.

            Mempunyai bakat Tari, tidak segampang orang lain lihat karena kita disini juga mempelajari Wiraga, Wirama, dan Wirasa. Maka dari itu penari harus belajar dan terus belajar tidak gampang puas apa yang telah dimiliki atau yang bisa di dapat sekarang.

            Bergabung dalam sebuah Sanggar Tari tidak mudah, dan jika sudah mengambil keputusan untuk betgabung dengan Sanggar Tari kita tidak boleh menjelekkan nama baik sanggar tersebut, dengan adanya kita pandai menari kita bisa mendapatkan penghasilan sendiri tanpa meminta kepada orang tua atau uang untuk jajan. Sanggar yang dimaksud yaitu “Sanggar Tari Rukun Mulyo”.

            Yuvi mengikuti sanggar tari dari usia 5 tahun, disaat itu aku belum mngerti Sanggar Tari itu seperti apa, kemudian Yuvi mempunyai sahabat bernama Indira. Setelah beberapa tahun kemudian Yuvi dan Indira dijadikan sebagai pelatih sanggar. Memang tidak mudah menjadi seorang pelatih, namun seiring berjalannya waktu kita kedatangan teman baru yang bernama Feli. Lalu Indira berkenalan dengan Feli.

            “Hai, nama kamu siapa?”Tanya Indira.

            “Nama aku Feli, kenalin ya.” Sambil mengulurkan tangannya kepada Indira.

            “Selamat bergabung di Sanggar Tari  Rukun Mulyo, semoga bisa mengembangkan bakatmu disini” jawab Indira.

            Namun di Sanggar Tari yang ditempat kami mengajar, kita tidak boleh berasal dari sanggar lain demi menghormati salah satu sanggar saja. Itu sudah menjadi peraturan di sanggar kita. Beberapa bulan kemudian Indira mengatakan sesuatu kepada Feli karena ada hal yang ingin dibicarakan kepadanya.

            “Feli, apakah kam berasal dari sanggar lain? Jika iya kamu harus ingat peraturan disini!” dengan nada bicara yang sengit.

            “Tid..tidak, tapi..tapi dulu pernah ikut sih sanggar lain, tapi sudah berhenti kok serius” dengan wajah yang gugup.

            “Kamu tahu kan peraturan disanggar ini begitu disiplin!!” nada bicaranya semakin tinggi.

            “Iya aku mengerti”. Dengan menganggukan kepalanya dan menunduk

            Sekitar tiga tahun kemudian, Feli pun dijadikan pelatih tari di Sanggar ini karena dianggap mampu mengajarkan ilmu tari yang telah kita dapatkan. Akhirnya Yuvi, Indira, Feli bisa mengajar disekolah-sekolah yang membutuhkan guru ekstra tari, dan benar kini Yuvi mengajar tari di TK dan beberapa sekolah lainnya.

            Mengajar disekolah-sekolah tidaklah mudah, kita ber interaksi dengan banyak orang, bisa dilihat Yuvi mengajar di TK harus bersabar, namun tetap serius agar materi yang akan disampaikan bisa diterima oleh peserta didik. Seiring berjalannya waktu Yuvi sudah mulai dikenal oleh banyak kalangan yang sama-sama memiliki impian yang sama.

            Disaat Indira pergi ke sebuah supermarket bersama Feli, pada saat Indira meminjam hp Feli tidak sengaja Indira membuka file kemudian di dalam hp itu melihat Feli sedang berfoto dengan sanggar lain tampak sangat akrab.

(Indira cemas, gelisah)

            “Yuvi, kamu merasa curiga dengan Feli gak?” Dengan wajah yang penasaran.

            “Apa yang harus dicurigai? Aku tidak merasa ada hal yang aneh atau yang membuat curiga dari Feli”. Feli berusaha memikirkan yang membuat Indira curiga.

            “Tapi Yuv..

            “Sudahlah tidak baik berprasangka buruk kepada orang lain, kalau ada hal aneh aku juga akan merasakan apa yang kamu rasakan saat ini” Sambil menepuk pundak Indira.

            Dengan berat hati Indira hanya bisa mendengarkan Yuvi karena dianggap berprasangka buruk kepada orang lain. Berjalannya waktu mereka bertiga tetap kompak, saling membantu, agar dikenal oleh banyak orang. Hingga pada saatnya Yuvi, Indira, Feli mengantarkan peserta didiknya untuk mengikuti kompetensi lomba tari.

            Indira dan Yuvi sangat sibuk untuk persiapan lomba. Feli menghilang entah kemana tanpa pamit. Kemudian Yuvi mencari Feli dengan harapan segera kembali ke tempat acara lomba tersebut. Yuvi kaget, marah, kecewa kepada Fel.

            “Heh Feli!! Apa yang sedang kamu lakukan disini!” Sangat kaget apa yang telah telah dilakukan oleh Feli.

            “Yuvi.. Aku bisa jelaskan apa yang aku sembunyikan selama ini”.

            “Silahkan jelaskan di depan Indira juga! Pantas saja Indira sempat curiga terhadapmu! Kamu ternyata bermuka dua!!” Sudah tak mampu menahan marah.

            “Yuv.. tunggu sebentar, jangan emosi aku akan menjelaskan” Dengan nada memohon.

            Yuvi pun pergi meninggalkan Feli, kecewa dan rasa ingin marah tercampur menjadi satu. 15 menit kemudian. Indira juga penasaran mencari dimana Feli berada.

            “Feli!! Jadi selama ini kamu membohongi kita?!”

            “Bukan membohongi kalian, aku bisa jelasin ini semua”

            “Kan sudah aku bilang kalau peraturan sanggar ini sanggar yang disiplin, jika kamu melanggar kamu akan dikeluarkan dari sanggar ini”

            “Maafin aku Indira, kita bicarakan baik-baik ya bertiga”. Berlutut dikaki Indira.

Indira tidak menghiraukan Felid an meninggalkan sanggar tari yang lain.

            Seminggu kedepan Feli tidak datang di sanggar dan sudah tidak ada lagi kabar. Apakah Feli merasa bersalah atau memang memilih sanggar lain ya. Sebulan kemudian di sanggar sudah melakukan aktifitas seperti biasa dan sudah melupakan Feli karena sudah terlanjur kecewa kepadanya.

            Latihan hingga matahari sudah diatas kepala kita tak disangka-sangka Feli muncul dihadapan Yuvi dan Indira. Feli menyapa namun dari rau wajah Indira dan Yuvi memancarkan aura kekecewaan .

            “Siang Yuvi.. Siang Indira”

            “Ada perlu apa kamu kesini? Bukannya kamu sudah mengkhianati sanggar ini!”

            “Bukan maksudku begitu, iya aku memang salah karena tidak jujur dari awal pada kalian jika aku mengikuti sanggar lain juga”

            “Lalu aku peduli lagi denganmu? Cuihh!! Tentu tidak!”

            Yuvi tidak berbicara apapun, namun diam bukan berarti tidak sedang memikirkan sesuatu, Yuvi angkat bicara dengan Feli dan Indira.

            “Begini saja, Indira kamu jangan marah dulu coba kita pikirkan jalan keluarnya saja bagaimana?” Mencoba meredakan amarah Indira.

            “Iya, memang masih kecewa tapi tidak baik jika berlarut-larut”.

            “Aku akan lakukan apapun untuk kalian demi bisa mendapatkan maaf darimu”

            Kemudian Yuvi dan Indira sedang berdiskusi untuk menyelesaikan masalah dengan Feli.

            “Jadi begini, kita akan memaafkanmu. Tetapi kita akan memberikan dua pilihan padamu” “Apa itu Yuv??”

            “Kamu pilih ikut sanggar kita atau sanggar orang lain, jika kamu memilih sanggar ini tolong hargai setiap aturannya”

            “Baiklah, aku akan memilih untuk tetap bergabung di Sanggar ini, karena sanggar ini lebih terasa dari persahabatannya, sudah seperti keluarga kedua bagiku” Feli sungguh-sungguh.

            Pada akhirnya Yuvi, Indira dan Feli kembali baik seperti semula walaupun pernah disakitin atau dikecewakan kita harus bisa memberikan kesempatan kedua untuknya. Kemudian berbicara jujur diawal lebih menyenangkan karena tidak ada yang ditutupi.

 

***

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KRITIK DAN ESAI KUMPULAN CERPEN M. SHOIM ANWAR

  KRITIK DAN ESAI KUMPULAN CERPEN Karya: M. Shoim Anwar Dalam dunia sastra pada tanah air ini, nama M. Shoim Anwar siapa sih yang tida...