Berawal Dari Sanggar Tari
Oleh: Fionna Vidi Pramesti
Seni
itu memanglah banyak ragam, ada seni lukis, seni music, seni tari dan masih
banyak seni-seni yang lainnya. Namun, tidak semua orang menyukai Seni Tari.
Sedih sih, padahal kita harus tetap melestarikan budaya Indonesia dengan Tarian
Tradisional, lalu mengapa masih ada beberapa orang yang tidak menghargai kita
sebagai penari.
Mempunyai bakat Tari, tidak
segampang orang lain lihat karena kita disini juga mempelajari Wiraga, Wirama,
dan Wirasa. Maka dari itu penari harus belajar dan terus belajar tidak gampang
puas apa yang telah dimiliki atau yang bisa di dapat sekarang.
Bergabung dalam sebuah Sanggar Tari
tidak mudah, dan jika sudah mengambil keputusan untuk betgabung dengan Sanggar
Tari kita tidak boleh menjelekkan nama baik sanggar tersebut, dengan adanya
kita pandai menari kita bisa mendapatkan penghasilan sendiri tanpa meminta
kepada orang tua atau uang untuk jajan. Sanggar yang dimaksud yaitu “Sanggar
Tari Rukun Mulyo”.
Yuvi mengikuti sanggar tari dari
usia 5 tahun, disaat itu aku belum mngerti Sanggar Tari itu seperti apa,
kemudian Yuvi mempunyai sahabat bernama Indira. Setelah beberapa tahun kemudian
Yuvi dan Indira dijadikan sebagai pelatih sanggar. Memang tidak mudah menjadi
seorang pelatih, namun seiring berjalannya waktu kita kedatangan teman baru
yang bernama Feli. Lalu Indira berkenalan dengan Feli.
“Hai, nama kamu siapa?”Tanya Indira.
“Nama aku Feli, kenalin ya.” Sambil mengulurkan tangannya
kepada Indira.
“Selamat bergabung di Sanggar Tari Rukun Mulyo, semoga bisa mengembangkan
bakatmu disini” jawab Indira.
Namun di Sanggar Tari yang ditempat
kami mengajar, kita tidak boleh berasal dari sanggar lain demi menghormati
salah satu sanggar saja. Itu sudah menjadi peraturan di sanggar kita. Beberapa
bulan kemudian Indira mengatakan sesuatu kepada Feli karena ada hal yang ingin
dibicarakan kepadanya.
“Feli, apakah kam berasal dari sanggar lain? Jika iya
kamu harus ingat peraturan disini!” dengan nada bicara yang sengit.
“Tid..tidak, tapi..tapi dulu pernah ikut sih sanggar
lain, tapi sudah berhenti kok serius” dengan wajah yang gugup.
“Kamu tahu kan peraturan disanggar ini begitu disiplin!!”
nada bicaranya semakin tinggi.
“Iya aku mengerti”. Dengan
menganggukan kepalanya dan menunduk
Sekitar tiga tahun kemudian, Feli
pun dijadikan pelatih tari di Sanggar ini karena dianggap mampu mengajarkan
ilmu tari yang telah kita dapatkan. Akhirnya Yuvi, Indira, Feli bisa mengajar
disekolah-sekolah yang membutuhkan guru ekstra tari, dan benar kini Yuvi mengajar
tari di TK dan beberapa sekolah lainnya.
Mengajar disekolah-sekolah tidaklah
mudah, kita ber interaksi dengan banyak orang, bisa dilihat Yuvi mengajar di TK
harus bersabar, namun tetap serius agar materi yang akan disampaikan bisa
diterima oleh peserta didik. Seiring berjalannya waktu Yuvi sudah mulai dikenal
oleh banyak kalangan yang sama-sama memiliki impian yang sama.
Disaat Indira pergi ke sebuah
supermarket bersama Feli, pada saat Indira meminjam hp Feli tidak sengaja
Indira membuka file kemudian di dalam hp itu melihat Feli sedang berfoto dengan
sanggar lain tampak sangat akrab.
(Indira
cemas, gelisah)
“Yuvi, kamu merasa curiga dengan Feli gak?” Dengan wajah
yang penasaran.
“Apa yang harus dicurigai? Aku tidak merasa ada hal yang
aneh atau yang membuat curiga dari Feli”. Feli berusaha memikirkan yang membuat
Indira curiga.
“Tapi Yuv..
“Sudahlah tidak baik berprasangka buruk kepada orang
lain, kalau ada hal aneh aku juga akan merasakan apa yang kamu rasakan saat ini”
Sambil menepuk pundak Indira.
Dengan berat hati Indira hanya bisa
mendengarkan Yuvi karena dianggap berprasangka buruk kepada orang lain.
Berjalannya waktu mereka bertiga tetap kompak, saling membantu, agar dikenal
oleh banyak orang. Hingga pada saatnya Yuvi, Indira, Feli mengantarkan peserta
didiknya untuk mengikuti kompetensi lomba tari.
Indira dan Yuvi sangat sibuk untuk
persiapan lomba. Feli menghilang entah kemana tanpa pamit. Kemudian Yuvi
mencari Feli dengan harapan segera kembali ke tempat acara lomba tersebut. Yuvi
kaget, marah, kecewa kepada Fel.
“Heh Feli!! Apa yang sedang kamu lakukan disini!” Sangat
kaget apa yang telah telah dilakukan oleh Feli.
“Yuvi.. Aku bisa jelaskan apa yang aku sembunyikan selama
ini”.
“Silahkan jelaskan di depan Indira juga! Pantas saja
Indira sempat curiga terhadapmu! Kamu ternyata bermuka dua!!” Sudah tak mampu
menahan marah.
“Yuv.. tunggu sebentar, jangan emosi aku akan menjelaskan”
Dengan nada memohon.
Yuvi pun pergi meninggalkan Feli,
kecewa dan rasa ingin marah tercampur menjadi satu. 15 menit kemudian. Indira
juga penasaran mencari dimana Feli berada.
“Feli!! Jadi selama ini kamu membohongi kita?!”
“Bukan membohongi kalian, aku bisa jelasin ini semua”
“Kan sudah aku bilang kalau peraturan sanggar ini sanggar
yang disiplin, jika kamu melanggar kamu akan dikeluarkan dari sanggar ini”
“Maafin aku Indira, kita bicarakan baik-baik ya bertiga”.
Berlutut dikaki Indira.
Indira tidak
menghiraukan Felid an meninggalkan sanggar tari yang lain.
Seminggu kedepan Feli tidak datang
di sanggar dan sudah tidak ada lagi kabar. Apakah Feli merasa bersalah atau
memang memilih sanggar lain ya. Sebulan kemudian di sanggar sudah melakukan
aktifitas seperti biasa dan sudah melupakan Feli karena sudah terlanjur kecewa
kepadanya.
Latihan hingga matahari sudah diatas
kepala kita tak disangka-sangka Feli muncul dihadapan Yuvi dan Indira. Feli
menyapa namun dari rau wajah Indira dan Yuvi memancarkan aura kekecewaan .
“Siang Yuvi.. Siang Indira”
“Ada perlu apa kamu kesini? Bukannya kamu sudah
mengkhianati sanggar ini!”
“Bukan maksudku begitu, iya aku memang salah karena tidak
jujur dari awal pada kalian jika aku mengikuti sanggar lain juga”
“Lalu aku peduli lagi denganmu? Cuihh!! Tentu tidak!”
Yuvi tidak berbicara apapun, namun diam bukan berarti
tidak sedang memikirkan sesuatu, Yuvi angkat bicara dengan Feli dan Indira.
“Begini saja, Indira kamu jangan marah dulu coba kita
pikirkan jalan keluarnya saja bagaimana?” Mencoba meredakan amarah Indira.
“Iya, memang masih kecewa tapi tidak baik jika
berlarut-larut”.
“Aku akan lakukan apapun untuk kalian demi bisa
mendapatkan maaf darimu”
Kemudian Yuvi dan Indira sedang berdiskusi untuk
menyelesaikan masalah dengan Feli.
“Jadi begini, kita akan memaafkanmu. Tetapi kita akan
memberikan dua pilihan padamu” “Apa itu
Yuv??”
“Kamu pilih ikut sanggar kita atau sanggar orang lain,
jika kamu memilih sanggar ini tolong hargai setiap aturannya”
“Baiklah, aku akan memilih untuk tetap bergabung di
Sanggar ini, karena sanggar ini lebih terasa dari persahabatannya, sudah
seperti keluarga kedua bagiku” Feli sungguh-sungguh.
Pada akhirnya Yuvi, Indira dan Feli
kembali baik seperti semula walaupun pernah disakitin atau dikecewakan kita
harus bisa memberikan kesempatan kedua untuknya. Kemudian berbicara jujur
diawal lebih menyenangkan karena tidak ada yang ditutupi.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar